Minggu, 02 Oktober 2011

40 % Puskesmas Di Indonesia Tak Punya Dokter






Lebih dari 40 persen puskesmas di Indonesia belum memiliki tenaga dokter. Ini dikhawatirkan menghambat target MDGs seperti angka kematian ibu. Demikian kata Staf Ahli Menteri Kesehatan Budi Sampurna.
"Untuk mengatasi masalah ini, mulai tahun 2012, rekrutmen dokter PTT(Pegawai Tidak Tetap, red) akan ditingkatkan dan dengan masa tugas sekurang-kurangnya satu tahun," kata Staf Ahli Bidang Medikolegal Menteri Kesehatan Prof. Budi Sampurna dalam Muktamar VI Asosiasi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) di Mataram, Jumat.

Ketika menyampaikan pidato Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, kemudian Budi Sampurna menyatakan saat ini kekurangan tenaga dokter puskesmas itu akan diisi dengan program PTT karena saat ini banyak dokter baru yang ingin cepat-cepat menyelesaikan masa baktinya di puskesmas sehingga pemahaman mereka tentang program-program kesehatan masih kurang.

"Dengan pelaksanaan program PTT, maka pimpinan puskesmas umumnya bukan dokter sehingga para dokter hanya fokus pada aspek pengobatan saja," katanya. Berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, target MDG poin ke-5 yaitu penurunan angka kematian ibu melahirkan belum tercapai.

Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia sebenarnya telah mulai mengalami penurunan yaitu dari 300 per 100.000 kelahiran hidup pada 20044 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada 2007.

Namun angka tersebut masih jauh dari target MDG yang harus dicapai pada 2015 yaitu menurunkan angka kematian ibu melahirkan menjadi hanya 102 per 100.000 kelahiram hidup.

Apakah Jus Buah dan Sayuran itu Selalu Sehat ?




Banyak orang menganggap memulai hari dengan segelas jus buah dan sayuran adalah hal yang menyehatkan. Namun, ternyata manfaat kesehataan jus buah tidak seperti yang terpikirkan. Dalam kondisi tertentu, jus buah juga menyimpan bahaya bagi kesehatan.




Para ilmuwan mengklaim bahwa jus buah mengandung gula terlalu banyak yang justru dapat meningkatkan risiko penyakit kanker. Bahkan ketika diproses dan dikemas, banyak zat dalam buah-buahan yang melindungi tubuh dari penyakit, justru menghilang.




Peneliti Australia telah mencoba mengungkapkan seberapa efektif dari berbagai buah, sayuran, dan jus dalam mencegah perkembangan kanker usus besar. Mereka membuat kuesioner untuk 2.200 orang yang berhubungan dengan makanan mereka sehari-hari. Tim peneliti kemudia melacak responden selama dua tahun untuk melihat pola perkembangan penyakit.




Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang makan buah dan sayuran seperti apel, kubis, kembang kol, dan brokoli akan mengurangi risiko kanker colon. Namun, mengejutkan, mereka yang mengonsumsi jus buah berisiko tinggi terkena kanker.




Studi yang dipublikan dalam Journal of the American Dietetic Association menemukan bahwa mereka yang minum jus buah lebih dari tiga gelas sehari lebih mungkin terkena kanker anal, salah satu bentuk kanker usus.
Para peneliti mempercayai bahwa tingginya kandungan gula dalam jus memicu pertumbuhan sel kanker. Banyak zat yang hilang ketika proses mengolah jus seperti serat, vitamin C, dan antioksidan. Padahal, zat-zat ini yang dapat mencegah munculnya kanker.

Selama bertahun-tahun, kita disarankan mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran, termasuk segelas jus. Peneliti Inggris telah mengklaim bahwa jus mengandung gula terlalu banyak. Para ilmuwan dari Universitas Balos, Wales, mengatakan lebih baik mengonsumsi buah kering daripada jus. Karena faktanya, jus buah segar diperas ditambahkan lima sendok teh gula dalam gelas masing-masing.



Sementara, ahli diet lain mengatakan masih lebih sehat minum jus buah dibandingkan minuman lainnya.
Namun, yang pasti dari hasil penelitian ini, makanan tinggi serat dapat membantu mengurangi risiko kanker. Mungkin akan lebih baik jika Anda memakan saja langsung buah segar dengan dipotong-potong tanpa harus dibuat jus sehingga kandungan serat tidak hilang. Kalaupun harus dibuat jus, buatlah tanpa diberi tambahan gula.