Kamis, 26 Agustus 2010

HUMOR GUSDUR



Tanpa bermaksud merendahkan " Beliau " kami mengumpulakan beberapa humor tentang " Beliau " tapi karena rasa kagum n kecintaan kami yang membuat kami mengumpulkan goresan humor - humor tentang " Beliau " .

NIKAH 

KALAU yang ini benar-benar kisah nyata yang dialami Gus Dur dan Ibu Shinta Nuriyah. Gus Dur muda dikenal sebagai pria pemalu. Ia lebih memilih buku dan bola sebagai teman daripada harus pacaran.
Maka ketika ia ditawari untuk kuliah di Mesir, ia diwanti-wanti oleh pamannya, KH Fatah agar sebaiknya mencari isteri dulu segera. “Soalnya, kalau menunggu pulang dari luar negeri, kamu hanya akan mendapat wanita tua dan cerewet,” ucap paman.

Mendengar pesan paman yang sangat menyayanginya itu ia gelagapan. Namun, setelah dipikir-pikir pesan paman itu nyantol juga. Apalagi sang paman tidak hanya menganjurkan, tetapi juga membantu mencarikan calon. Lalu disodorkan nama Sinta Nuriyah, yang pernah menjadi murid Gus Dur ketika menjadi guru di Mua’llimat. Tanpa membantah sepatah kata pun, dia menyiakan pilihan pamannya itu.

Sayangnya Sinta Nuriyah belum bersedia. Lantaran ia baru saja trauma oleh salah seorang gurunya yang meminangnya ketika ia baru berusia 13 tahun. Celakanya guru itu juga bernama Abdurrahman.
Maka ketika pertama kali ia menerima surat Gus Dur, Nuriyah ogah-ogahan dan berkomentar, “Ah Abdurrahman lagi, Abdurrahman lagi.”
Namun keraguan Nuriyah berubah menjadi simpati ketika dalam sebuah suratnya Gus Dur mengeluhkan bahwa ia tidak naik tingkat karena terlalu aktif di PPI (Persatuan Pemuda Indonesia) Mesir. Maka lewt surat balasannya, Nuriyahpun tersentuh dan mencoba menghibur. “Masak manusia harus gagal dalam segala-galanya,” tulis Nuriyah. “Gagal dalam studi, paling tidak berhasil dalam jodoh.”
Begitu menerima surat itu, maka Gus Dur langsung meminta ibunya untuk segera melamar Nuriyah. Kebetulan, sebentar lagi salah satu adik Gus Dur juga mau menikah, dan sungkan melangkahi kakaknya. Maka tanggal pernikahan pun disamakan. Pernikahan pun direncanakan dilaksanakan di Tambak Beras Jombang.
Karena Gus Dur sedang di Mesir maka terpaksa pernikahan dilakukan tanpa menghadirkan mempelai pria alias in absentia. Pihak keluarga meminta kakek Gus Dur dari garis ibu, KH Bisri Syansuri , yang berusia 68 tahun, untuk mewakili mempelai pria.
Tak pelak para hadiran kaget saat menyaksikan acara ijab Kabul. Mereka merasa iba pada Nuriyah. “Kasihan ya si Nuriyah, suaminya tua banget.”
Maka sepulang sekolah dari Mesir, aksi pertama yang dilakukannya adalah kawin (lagi). Mereka menggelar resepsi betulan—kali ini dengan mempelai pria yang asli.

MALU DAN KEMALUAN

KISAH ini terjadi di Jawa Timur (Jatim). Suatu kali ada seorang caleg (calon legislative) PKB marah-marah karena namanya tidak masuk dalam daftar calon terpilih. K.H . Hasyim Muzadi (Yang saat itu adalah Ketua DPWNU Jatim) bilang, “Wis to (sudahlah-red), soal caleg itu kan masalah dunia. Itu soal kecil.”

Tapi caleg batal itu tetap jengkel, kata si Caleg, “Bukan begitu Kiai. Tapi ini masalah kemaluan.”

Sambil terkekeh, Gus Dur berkomentar, ” Ya begitu itu orang NU. Malu dan kemaluan dicampur-campur.”
GILA NU

RUMAH Gus Dur di kawasan Ciganjur sehari-harinya tak pernah sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam, bahkan tak jarang sampai dinihari para tamu ini datang silih berganti baik yang dari kalnagn NU maupun bukan. Tak jarang mereka datang dari luar kota.
Menggambarkan fanatisme orang NU, menurut Gus Dur ada tiga tipe orang NU. “Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hingga jam sembilan malam, dan membicarakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU,” tegas Gus Dur.

Orang NU jenis kedua, mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam duabelas sampai jam satu malam, namun masih mengetuk pintu Gus Dur untuk membicarakan NU, “Itu namanya orang gila NU,” katanya.

Orang jenis ketiga, Gus?
“Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila,” katanya.

Duet Ideal 
 
Mengejek diri sendiri adalah hal yang kerap yang dilakukan Gus Dur.
Dalam sebuah pertemuan besar melibatkan para pebisnis intenasional di Bali akhir 1999, di depan ratusan peserta dari berbagai negara, dengan rileks Gus Dur bicara dalam bahasa Inggris yang fasih.
“Presiden dan Wakil Presiden kali Ini adalah tim yang ideal,” katanya. “Presidennya tidak bisa melihat, dan Wakilnya tidak bisa ngomong ….”

Eternit 

Suatu kali ada seorang Kiai asal Madura yang membanggakan pembangunan pesantrennya pada Gus Dur. “Wah pesantren saya sudah jadi. Lengkap bangunannya luas, bertingkat,” katanya dengan wajah bangga. “Kapan-kapan Gus Dur harus ke sana, soalnya sudah lengkap dengan eternit” tambahnya lagi.
“Eternit “? Tanya Gus Dur sambil berfikir setiap bangunan kan memang perlu eternit (langit-langit plafon-red)
“Itu yang pakai ada komputernya,” jelasnya lagi.
“Ohh…. Internet,” jawab Gus Dur bersama-sama beberapa orang yang hadir.

Salaman 

TRADISI salaman (jabat tangan) sangat kental di lingkungan NU. Maklum, salah sebuah Hadis menyebut bahwa afdhalul hurumati mushafahatun (sebaik-baiknya penghormatan adalah jabat tangan). Maka tak aneh jika warga NU selalu berebut salaman dan cium tangan, jika bertemu para Kiai. Apalagi bila bertemu Gus Dur.
Suatu ketika Gus Dur diundang untuk sebuah acara. Di sana juga hadir para pejabat daerah, diantaranya Walikota Surabaya. Begitu Gus Dur muncul, serentak warga NU yang hadir dalam acara itu saling berebut salaman. Tak pelak membuat Gus Dur kewalahan.
“Ya begitulah warga NU,” kata Gus Dur menjelaskan kepada sang Walikota. Secara guyon Gus Dur kemudian melanjutkan, bahwa karena demikian gemar salaman, ketika menonton film di gedung bioskop pun warga NU masih menyempatkan diri salaman. Maka Gus Dur terpaksa harus melayani satu per satu penonton yang ingin bersalaman.
“Usai bersalaman dengan penonton, maka film yang diputar pun buyar (habis-red),” kata Gus Dur. Jadi karena asyik salaman. Lebih lebih yang disalami ratusan orang, maka iapun tak sempat nonton film.

Salah Sebut 

SAAT diundang pada suatu acara di Malang Jawa Timur, Gus Dur ditunggu banyak pihak. Banser pun yang selalu sibuk bila Gus Dur ada acara di daerahnya juga memantau melalui HT yang selalu digenggamnya. Salah seorang anggota Banser berada di Bandara Abdurrahman Saleh, Malang. Ia senantiasa melaporkan perkembangan di sana setiap saat.
Begitu pesawat yang ditumpangi Gus Dur mendarat, dia senang bukan main. Maka dengan penuh semangat dia langsung melapor ke panitia lokasi acara, melalui HT nya. Karena begitu bersemangat diapun gugup tak karuan.
“Halo, kontek, kontek! Kiai Abdurrahman Saleh sudah mendarat di bandara Abdurrahman Wahid,” katanya. Tentu saja panitia yang menerima laporannya kaget dan sekaligus tertawa.

GALIAN DULUAN

Penggalian situs Batu Tulis, Bogor untuk mencari harta karun oleh Menag Sayyid Agil Husein Al Munnawar jadi berita yang paling menghebohkan.
Wartawanpun berduyun-duyun menanyakan soal fenomena mistik yang dipercayai Menag Al Munnawar kepada Gus Dur.

Saat kunjungannya ke Serang, Banten (21/8 2002) Gus Dur ditanya,apakah dia percaya adanya harta karun di Situs Batu Tulis?

Dengan ringan Gus Dur menjawab “Kalau saya percaya sudah dari dulu-dulu, saya gali duluan.” Mendengar jawaban itu kontan wartawan yang mewawancarainya terpingkal-pingkal.

REM KAKI KYAI WAHAB SULANG

Salah satu kegemaran Gus Dur adalah berkunjung dan berbincang dengan para kiai di seluruh pelosok, terutama di Jawa. Sewaktu dia masih sehat wal afiat, begitu sering mendatangi mereka.
Ini pula rahasianya mengapa dia cukup mudah terpilih lagi menjadi Ketua Umum PBNU, bahkan kalaupun dia sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial.
“Orang tidak banyak yang tahu,” katanya suatu ketika, “bahwa saya bisa melakukan empat ratus perjalanan dalam setahun untuk bertemu dengan kiai-kiai itu.”

Maka, dalam Muktamar NU, misalnya pada 1989 di Yogyakarta, meskipun Gus Dur banyak diserang dengan sangat tajam dalam acara pertanggungjawabannya sebagai Ketua Tanfiziah, dia dengan mudah kembali terpilih untuk memimpin NU, secara aklamasi.

Semua itu berkat diplomasi canggih yang dijalankannya dengan cara mendatangi para kiai, bahkan yang tinggal di tempat paling terpencil sekalipun. Mereka inilah yang punya pengaruh besar dalam menentukan siapa yang bakal menjadi Ketua Tanfidziah.
Salah satu cerita yang didulangnya dari pertemuan dengan seorang kiai, dituliskannya dalam salah satu majalah kenamaan. Nama tokoh yang unik dan nyentrik Itu adalah Kiai Wahab Sulang dari Rembang.
Kiai ini tetap populer di kalangan pengikutnya, meskipun isterinya adalah anggota DPRD yang termasuk paling asyik dan getol mengikuti acara-acara non-santri di pendopo kabupaten.
Suatu hari isteri Kiai Wahab Sulang mendapat bagian sepeda motor angsuran. Sang Kiai langsung menggunakan kendaraan itu. Akibatnya lumayan. Dia menabrak sebuah rumah. Sepeda motornya rusak, dan dia sendiri luka-luka.
Kenapa Kiai bisa nabrak begitu? tanya Gus dur. “Habis saya pakai rem kaki.”
“Lho, bukankah memang rem kaki harus dipakai, Kiai?” timpal Gus Dur. “Ya, tapi maksud saya bukan gitu. Saya mengerem hanya pakai kaki saja. Karena belum tahu bagaimana dan di mana remnya.”
MENGAPA CLINTON NGAKAK ???

Saat Presiden Gus Dur bertemu Presiden AS Bill Clinton, Januari 2000, tentu saja banyak diliput pers. Koran-koran Amerika memuat foto Gus Dur bersama Bill Clinton, dan Clinton terlihat ketawa terbahak sampai kepalanya mendongak.
Apa yang dikatakan Gus Dur sampqi membuat Clinton terpingkal-pingkal begitu?
Menurut Gus Dur, barangkali tentang joke yang disampaikan Presiden John Kennedy.
Gus Dur bercerita, suatau hari Kennedy mengajak serombongan wartawan ke ruang kerja Presiden AS. Di salah satu dindingnya ada sebuah lubang kecil tempat Presiden Dwight Eisenhower menaruh peralatan golfnya.

“Ini lho, perpustakaannya Eisenhower,” kata Kennedy mengejek pendahulunya itu. Clinton terpingkal mendengarkan cerita Gus Dur itu.

Dari mana Tus Dur mendapat cerita itu? “Saya baca di buku Ted Sorrensen,” kata Gus Dur.
“Lho jadi Presiden Clinton sendiri tidak tahu cerita itu?” tanya Jaya Suprana.
“Ya mungkin nggak tahu, sebab dia nggak baca buku. Mana mungkin Presiden Amerika baca buku? Kalau dia baca buku berarti kelihatan dia nggak punya kerjaan.
Nah, kalau Presiden Indonesia, justru harus baca buku sebab nggak ada kerjaan,” timpal Gus Dur.

KEBESARAN PM CHURCHILL

Tapi mungkin yang mebuat Clinton terbahak adalah cerita lain yang dilontarkan Gus Dur, yaitu tentang PM Inggris Winston Churchill dan pemimpin oposisi Clemen Atlle.
Clement Atlee adalah tokoh Sosialis Internasional, dan terkenal gigih memperjuangkan nasionalisasi industri dan perusahaan-perusahaan besar di Inggris.

Suatu hari, tutur Gus Dur, seusai sidang parlemen, PM Churchill pergi ke toilet untuk buang air kecil. Atlee pun masuk ke toilet yang sama, maka bertemulah keduanya di sana.

Sambil kencing, dengan wajah cemberut Churchill bilang pada Atlee: “Jangan lihat-lihat kesini ya! Kamu kan sukanya menasionalisasi yang besar-besar…”

INDONESIA MINTA DIJAJAH

Dalam sebuah seminar beberapa tahun yang lalu Gus Dur mengungkapkan bahwa Belanda bukan sebuah negara yang besar, tidak punya modal, tidak punya pemikir-pemikir ulung, jadi mereka tidak memberikan apa-apa kepada kita, malah merampok kita habis-habisan.
Lain dengan India yang dijajah Inggris, atau Filipina yang dijajah Amerika. Negara-negara penjajah yang itu punya sesuatu yang diberikan kepada negara-negara yang dijajah, misalnya saja tentang sistim hukum yang lebih teratur, dsb.

Nah, lalu ada pemikiran gila, supaya Inggris dan Amerika memberikan sesuatu kepada kita.

Bagaimana caranya?
Kita nyatakan perang melawan Inggris dan Amerika!
Lho, kenapa begitu?
Logikanya kita kan pasti kalah, jadi kita akan dijajah lagi oleh Amerikan dan Inggris.
Masalahnya sekarang, bukannya kalau kita kalah.
Masalahnya adalah, bagaimana kalau Indonesia yang menang ???
KURSUS PERANCIS GRATIS

Banyak pengalaman yang dilaui bersama oleh Gus Dur dan Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) selama mereka belajar di Mesir. Misalnya soal kursus bahasa Prancis.
Gus Mus ikut dalam kelas bahasa Prancis, sedang Gus Dur tidak. Tapi, setiap Gus Mus tekun mempelajari bahsa negeri anggur itu, biasanya Gus Dur ikut mendompleng.

Tentu saja gratis, Gus Mus tak menarik bayaran. Sang Kawan turut mendengarkan apa yang dipelajari Gus Mus.

“Anehnya,’ tutur Gus Mus, “Akhirnya saya tetap tidak bisa ngomong Prancis, sedangkan Gus Dur bisa.”
JENDERAL

Pada saat selesai melantik WAKAPOLRI di Istana, Gus Dur mengadakan konferensi pers dengan wartawan.
Pada kesempatan itu, salah satunya diungkapkan tentang permintaan Gus Dur agar Jenderal Surojo BIMANTORO -
KAPOLRI – mengundurkan diri.
Ketika konferensi pers itu usai, dan Gus Dur dipapah memasuki mobil, beberapa wartawan mulai tidak mengerubutinya lagi.

Gus Dur berkata :”Hei, saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak ?”

“Apa itu Gus ?” tanya para wartawan serentak.
“Saya mau sebutkan nama seorang jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja,” ujar Gus Dur.
“Wah, siapa itu Gus ?” keroyok para wartawan yang tadinya sudah mulai menjauh. Mereka berlarian untuk mendapatkan berita eksklusif itu.
“Ok, saya akan katakan,” kata Gus Dur meyakinkan.” Jenderal itu adalah Jendral..(General) Electric …”
“Wooo kok itu sih Gus ?” protes para wartawan.
“Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Lha saya kan bener kalau General Electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya General Electric ? Berbahaya khan ?!, kamu bisa mati kan kalau kesetrum????”
TAKUT ISTRI

Memberikan contoh dengan lelucon adalah kebiasaan Gus Dur ketika berpidato. Tujuannya, kata kyai ini agar hadirin dapat memahami maksud dari apa yang disampaikan.
Dalam sebuah forum yang membahas soal kesetaraan laki-laki dan perempuan, seorang peserta bertanya kepada kyai eksentrik ini, yang isinya mungkin agak “pribadi.”
Peserta itu bertanya, apakah Kyai sebesar Gus Dur juga takut pada istri?

Mendengar pertanyaan yang “sensistif” itu Gus Dur menjelaskan dengan “bijak” (jika tidak mau disebut berkelit).

“Begini ya….. Saya punya cerita,” kata Gus Dur memulai, sementara peserta sudah siap-siap dengan serius mendengarkan jawaban tentang “jeroan” rumah tangga Gus Dur.
“Nanti di akhirat, orang dibagi dua barisan,”
Gus Dur melanjutkan,”barisan pertama untuk orang-orang yang takut sama istrinya. Barisan kedua untuk yang berani sama istrinya.”
Peserta seminar yang tadinya serius, langsung dapat menerka ini pasti guyonan.
“Di barisan pertama orang antri berduyun-duyun. Ternyata di barisan kedua cuma ada satu orang, badanya kecil lagi.”
“Orang-orang di barisan pertama heran melihat si kecil itu sendirian. Mereka pikir berani sekali tuh orang kecil-kecil.”
Lalu dikirim delelgasi dari barisan pertama untuk menanyakan. Datanglah delegasi itu pada si kecil dia bertanya, “hey kamu koq berani banget baris sendirian disini, emangya kamu nggak takut sama istri kamu?”
Mendengar pertanyaan itu, si kecil menjawab “Wah…. saya juga nggak tahu nih. Saya disini disuruh istri saya.”
Ats jawaban dai sang Kyai, seluruh peserta langsung terbahak. Tahulah mereka maksudnya, kesimpulannya semua laki-laki di dunia……

MEMBAYANGKAN SERDADU ISRAEL

Hampir tak ada negara yang rela ketinggalan mengikuti Olimpiade . Acara empat tahunan itu merupakan salah satu cara promosi negara masing-masing . Dan tentu saja , peristiwa ini juga sangat bergengsi karena acara ini diliput oleh semua media massa negara peserta . Wajarlah kalau setiap negara berusaha mengirimkan atlet terbaiknya , dengan harapan mereka bisa mendapatkan emas . begitulah sambutan Gus Dur saat melepas tim Indonesia ke Olimpiade Sidney yang baru lalu .

Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu Olimpiade beberapa tahun yang lalu, tuturnya, kebetulan pelari asal Suriah merebut medali emas. Sang pelari mampu memecahkan rekor tercepat dari pemenang sebelumnya, bahkan selisih waktunya pun terpaut jauh.

Maka, ia langsung dikerubuti wartawan karena punya nilai berita yang sangat tinggi.
“Apa sih rahasia kemenangan anda?” tanya wartawan.
“Mudah saja,” jawab si pelari Suriah, enteng, “Tiap kali bersiap-siap akan start, saya membayangkan ada serdadu Israel di belakang saya yang mau menembak saya.”

ANGGOTA DPR ANTI RESTORAN ??

Ada berita mengejutkan yang diungkap Gus Dur kepada umat saat ia berpidato pada September ini. Saat itu sedang marak berita perseteruan antara Komisi Anggaran DPR dengan Indira Soegondo. Juga kasus gugatan anggota DPR dari PAN, AM Fatwa kepada anggota PDIP, Permadi.

Di setiap tempat, Gus Dur selalu mngungkapkan bahwa anggota DPR sekarang sudah berubah gaya hidup.

“Kebanyakan anggota DPR sekarang sudah tidak mau lagi makan di restoran !” ungkap Gus Dur.
Pernyataan ini membuat umat bertanya-tanya, dalam hati mungkin rakyat yang mendengar info itu akan berkata ” Allhamdullillah wakil rakyat kita sudah insyaf, dengan merubah gaya hidup bermewah-mewah.”
“Mengapa mereka nggak mau makan di restoran?” tambah Gus Dur.
“Karena kalau makan di restoran harus makan sendiri, nyuap sendiri. Sementara anggota DPR kita sudah biasa “DISUAP”,” kata Gus Dur.
“Oooh….ternyata kita salah sangka,” kata salah satu hadirin.

NYEBUT BANG ..

Penampilan Gus Dur ketika memberikan pengantar pidato kenegaraan menyambut HUT ke-55 kemerdekaan RI di sidang paripurna DPR Agustus 2000, jauh berbeda di banding saat ia hadir di tempat yang sama untuk menjawab interpelasi DPR. Kali ini ia tampak tegang, wajahnya agak cemberut.
Namun segala ketegangan akhirnya cair juga. Para anggota DPR malah beberapa kali dibuat terpingkal-pingkal oleh guyonannya .

Di tengah-tengah pidato tanpa teks itu, Gus Dur bercerita tentang seorang kondektur bus asal Sumatera Utara yang bergelantungan dipintu bus. Ketika bus melaju kencang, rupanya sopir tak tahu kalau sang kondektur terjatuh kesenggol bus lain. Sang kondekturpun jatuh tersungkur, kepalanya langsung membentur jalan dan retak, napasnya sudah senen-kamis terputus-putus.

Saat itulah datang seorang Betawi yang mencoba menolong kondektur yang sekarat itu.
“Bang, nyebut Bang nyebut” katanya sambil mendekatkan mulutnya ke telinga kanan kondektur itu.
Maksud orang Betawi ini agar si kondektur yang sekarat tadi menyebut syahadat La ilaha ilallah, sebelum meninggal.
Tapi karena kondektur tadi bukan orang Islam maka dia mengaitkan permintaan nyebut tadi dengan profesinya.
Maka sesaat sebelum menghembuskan napas terakhirnya, kondektur tadi sempat nyebut ” Grogol … Depo … Grogol … Depo”.

TIM PENGUSIR HANTU PONDOK INDAH

Mungkin karena bahasan jumpa pers Gus Dur siang itu (Rabu, 25/9) yang panjang dan serius, seorang wartawan tak kuasa menahan “kebekuan.”
Wartawan itu pun nyeletuk, menanyakan masalah di luar materi jumpa pers siang itu, Isu hangat yang jadi perbincangan warga Ibu Kota, yaitu hantu penunggu rumah mewah di jalan Pondok Indah.
Entah serius atau tidak, atau mungkin ia pikir Gus Dur berkompeten dalam hal perhantuan dan makhluk gaib dkk, sang Wartawan pun bertanya memecah keseriusan.

“Gus, rumah kosong yang di Pondok Indah yang katanya banyak hantunya, gimana Gus?” tanya wartawan itu membuat peserta jumpa pers lainnya tersentak.

Wartawan lain mungkin berpikir, koq bisa-bisanya nanya begituan pada Gus Dur.
Tapi namanya Gus Dur, yang mungkin memiliki motto “kalau ditanya harus jawab”, ia mengomentari hal itu dengan santai. “Sorry, saya belum pernah ketemu hantunya,” jawab Gus Dur ditimpali tawa semua wartawan berderai-derai.
Ternyata, selayaknya wartawan profesional, sang penanya tak mau kalah, ia mencecar Gus Dur lagi, “Apa perlu Gus Dur mengirimkan tim khusus untuk mencek kebenaran adanya hantu itu?”
Sambil terkekeh Gus Dur menjawab dengan tangkas, “Kalau mau, anda boleh jadi ketua timnya. Kayak gitu koq diurusin, lho.”

TIANG LISTRIK PUN BENGKOK

Suatu kali, Gus Dur bepergian bersama rombongan kyai NU dengan naik bus . Seorang kyai dalam rombongan itu dikenal punya hobi menyandarkan tangannya di jendela mobil . Kadang tangannya samapi ke luar jendela .
Dan betul, saat perjalanan itu, tangan sanga kyai itu keluar dari jendela. Kebetulan Gus Dur melihatnya, lalu iapun mengingatkan pak kyai ini agar memasukkan tangannya, suapay tidak cedera kalau-kalau menyenggol tiang listrik . Kyai itu menolak .

Merasa jengkel peringatannya tidak dihiraukan, akhirnya Gus Dur bilang ” Tolong, pak kyai, tangannya jangan dikeluarkan, kalau kesenggol tiang listrik, tiang lisriknya bisa bengkok.”
Sang kyai segera memasukkan tangannya – tampaknya dia puas “kesaktian”nya diakui .


MEMBUANG PRESIDEN

Ini cerita Gus Dur tentang seorang Presiden Diktator yang punya tiga orang anak . Merasa ayah mereka orang nomor satu di negerinya , maka anak-anak sang Presidenpun lantas bertindak neko-neko .
Anak kedua Presiden ingin mencari popularitas dengan menyebarkan jutaan uang kertas cari sebuah pesawat terbang .
Kakaknya juga tidak mau kalah pamor . Dengan pesawat yang digunakan adiknya sebelumnya , sang kakak menyebarkan jumlah uang jauh lebih banyak dari adiknya .
Anak perempuan presiden juga ingin populer , tapi tidak mau meniru cara yang dilakukan oleh kedua kakaknya . Karena bingung , ia pun bertanya kepada pilot pesawat yang ikut menyebarkan uang bersama kedua kakanya itu .
” Mas Kapten , aku ingin populer seperti dua kakakku sebelumnya , tapi tindakan populer apa yang bisa membahagiakan rakyat ? ” .
” Gampang sekali , buang saja ayah nona dari atas pesawat “.

JIN DAN 3 MANUSIA

Menurut Gus Dur, pernah ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika dan Indonesia. Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan.
Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu, dan menwarkan jasa. “Kalian boleh minta apa saja, akan kupenuhi,” kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah si orang Perancis.
“Saya ini petugas lembaga sosial di Paris,” katanya.
“Banyak orang yang memerlukan tenaga saya. Jado tolonglah saya dikembalikan ke negeri saya.” Dalam sekejap, orang itu lenyap, kembali ke negerinya.
“Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?”
“Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah saya dikembalikan ke Washington.”
“Oke,” kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Dan orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negerinya.
“Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu.”
” Duh, Pak Jin, sepi banget disini,” keluh si orang Indonesia. “Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini.”
Zutt, orang Perancis dan Pria Amerika itu muncul lagi.

ORANG INDONESIA KE BULAN

Pada perayaan hari raya Imlek di Jakarta, Gus Dur bercerita tentang Neil Amstrong, yang disebut-sebut sebagai ” manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan ” . Ternyata predikat itu tidak benar . buktinya ketika Mas Amstrong sedang berjalan-jalan dengan bangganya di bulan, dia bertemu dengan seorang Cina dan seorang Indonesia . Keduanya sudah jauh lebih dahulu berada disana .

Neil Amstrong, yang terbang ke bulan dengan pesawat Apollo 11, kaget dan bertanya pada si orang Cina bagaimana dia bisa sampai di bulan .

” Kami bekerja sama dengan saling naik pundak seluruh penduduk, akhirnya sampailah saya disini,” jawab yang ditanya . Wah, pikir Amstrong, satu miliar manusia rupanya bisa ditumpuk-tumpuk, dan akhirnya bisa sampai ke bulan .
” Kalau anda, bagaimana caranya bisa sampai di sini? ” tanya Amstrong kepada orang Indonesia .
” Saya naik tumpukan kertas-kertas seminar…”

ANA ABBAS HASAN

Ini juga cerita Gus Dur tentang turis Arab yang melancong ke Perancis . Ketika sarapan di sebuah hotel di Paris, mejanya berdekatan dengan warga asli Perancis . Merasa harus ikut menggalakkan pariwisata di negerinya, pria Perancis itu berusaha bersikap ramah .
” Bonjour, Monsieur,” sapanya pada si turis .
” Ana ( saya ) Abbas Hasan,” jawab si orang Arab, mengira ditanya namanya .
Pada saat makan siang, mereka bertemu lagi .
” Bonjour Monsieur, ” sapa si Perancis lagi .
” Ana Abbas Hasan ” .
Tiba-tiba turis Arab itu merasa ada yang tidak beres . Masa’ ada orang perlu bertanya nama sampai dua kali ? . Setelah makan siang dia pergi ke toko buku dan membuka kamus Perancis – Arab . Disitu dia tahu, ternyata” Bonjour” itu adalah salam bahagia untuk orang lain . Dia mencari padanan jawabannya dalam bahasa Perancis, tapi dia tidak menemukan kamus Arab – Perancis . Akhirnya dia memautuskan untuk mendahului, ketika mereka ketemu lagi saat makan malam .
” Bonjour, Monsieur,” sapanya pada pria Perancis itu .
Orang Prancis tadi menyahut, ” Ana Abbas Hasan ” .

PELURU PUN HABIS ...

Ini cerita Gus Dur tentang situasi Rusia , tak lama setelah bubarnya Uni Soviet . Sosialisme hancur , dan para birokrat tak punya pengalaman mengelola sistem ekonomi pasar bebas . Di masa sosialisme , memang rakyat sering antri untuk mendapatkan macam-macam kebutuhan pokok , tapi manajemennya rapi , sehingga semua orang kebagian jatah . Sekarang , masyarakat tetap harus antri , tapi karena manejemennya jelek , antrian umumnya sangat panjang , dan banyak orang yang tidak kebagian jatah .
Begitulah , seorang aktivis sosial berkeliling kota Moskow untuk mengamati bagaimana sistem baru itu bekerja . Di sebuah antrian roti , setelah melihat banyaknya orang yang tidak kebagian , aktivis itu menulis di buku catatannya , ” roti habis ” .
Lalu dia pergi ke antrian bahan bakar . Lebih banyak lagi yang tak kebagian . Dan dia mencatat ” bahan bakar habis !” , kemudian dia menuju ke antrian sabun . Wah pemerintah kapitalis baru ini betul-betul brengsek , banyak sekali masyarakat yang tidak mendapat jatah sabun . Dia menulis besar-besar ” SABUN HABIS ! ” .
Tanpa dia sadari , dia diikuti oleh seorang intel KGB . Ketika dia akan meninggalkan antrian sabun itu , si intel menegur ” Hey bung ! dari tadi kamu sibuk mencatat-catat terus , apa sih yang kamu catat ? ” .
Sang aktivis menceritakan bahwa dia sedang melakukan penelitian tentang kemampuan pemerintah dalam mendistribusikan barang bagi rakyat .
” Untung kamu ya , sekarang sudah jaman reformasi ” , ujar sang intel , ” Kalau dulu , kamu sudah ditembak ” .
Sambil melangkah pergi , aktivis itu mencatat ;
” Peluru juga habis ! ” .

INI SIM SAYA ...

Pada Kesempatan lain, diceritakan juga ( buku Moh. Mahfud MD ; setahun bersama Gus Dur, kenangan menjadi Menteri di saat sulit )bahwa ada seorang warga Madura ditilang oleh Polisi, karena naik sepeda motor tidak membawa SIM .
” Mana SIM saudara ? ” tanya polisi . ” ini Pak,”kata orang Madura itu sambil menunjukkan sebuah kartu . ” Ini bukan SIM, ini kartu anggota NU ” bentak sang polisi lagi . Banyak orang Madura lebih bangga membawa kartu anggota NU daripada membawa KTP.
” Oh, kartu itu tidak bisa jadi SIM ya pak, ini ada SIM punya teman saya ,” jawab orang Madura itu lagi .” Mengapa kamu naik sepeda motor memakai SIM orang lain ? kamu telah melanggar, kamu akan ditilang !” hardik polisi itu lagi .
“Lho, pak polisi kok marah ? saya dipinjami SIM ini secara sah oleh yang punya . Yang punya SIM saja tidak marah, masa’ pak polisi marah … ” tanggap orang Madura itu lagi .

KECERDIKAN KYAI SYUKRI

Ini cerita tentang kyai Syukri yang cerdik dan sering disebut sebagai “godfather kelompok mafia intelektual” di sebuah daerah di Jawa Tengah. Dia cerdik dalam membuat pendapatnya paling unggul, disimak, dan seperti merangkum semua pembicara lain dalam setiap pertemuan, dengan cara bicara paling akhir. “Merk dagang” kyai Syukri yang sudah diketahui semua orang adalah angkat telunjuk dengan berkata,”apa masih ada waktu buat saya?”, persis ketika acara akan diakhiri.
Suatu kali sejumlah orang Muhammadiyah dan NU dengan bergurau memperdebatkan soal “hadiah” membacakan surat Al-fatihah kepada orang yang sudah meninggal. Apakah “kiriman” itu bisa sampai kepada sang arwah, seperti pos kilat yang menyampaikan paket ke suatu alam dalam kehidupan dunia? Apa dasar pendapat yang diikuti masing-masing pihak?
Yang dari muhammadiyah tidak melihat “dalil yang dapat dipegang”dari Al-Quran maupun Hadist Nabi Muhammad, untuk menunjang kemungkinan kiriman via “Pos Akhirat” sampai ke tujuan di alam sana.
Yang NU berpegang pada pendapat para ulama Mazhab yang empat, yang menerima kemungkinan seperti itu.
Pandangan Kyai Syukri? Semua orang menatapnya dengan penuh harapan. Ternyata harapan mereka tidak meleset. “Hadiah fatihah tidak sampai ke alamatnya menurut Imam Safi’i,”kata kyai Syukri. “Ia sampai menurut ketiga imam lainnya. Jadi kita ikuti suara mayoritas sajalah.”
Semua lega. Yang dari Muhammadiyah merasa aman karena pendapat mereka juga sejalan dengan pendapat imam pendiri mazhab yang paling banyak diikuti di Indonesia. Yang dari NU gembira karena masih bisa mengirim “hadiah ulang tahun (kematian)” yang mereka warisi dari para kyai zaman dulu.
“Sudah tentu kirimannya tidak segera sampai secepat pos kilat khusus karena tidak didukung oleh Imam Safi’i” komentar Gus Dur,”tapi mereka toh sudah biasa dengan pola alon-alon asal kelakon.



KULI DAN KYAI


Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab.
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka:
“Lho kenapa Anda berkerumun di sini?”
“Mereka terlihat sangat fasih berdo’a, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai.”

sumber : http://en.wordpress.com/tag/humor-gus-dur/4/

Tertawalah sebelum tertawa itu di klaim milik " MALAYSIA " ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar