Rabu, 30 November 2011

Indonesia di Tengah Kepungan Malaysia

Kesepakatan Indonesia-Malaysia dalam hal pemanfaatan udara (air services agreement) yang dilansir bulan ini mendapat tanggapan negatif seperti diberitakan di banyak media. Sebabnya, Indonesia disinyalir hanya mendapat rute kurus alias sepi penumpang, sementara Malaysia memperoleh rute gemuk seperti Bali.

Maskapai penerbangan Malaysia dapat mengangkut penumpang dari Jakarta ke Bali, termasuk Makassar. (Sekadar catatan, data Kementerian Perhubungan menyebutkan, tahun lalu ada 22 juta penumpang yang melalui Jakarta — baik datang maupun berangkat).

Perjanjian ini sebenarnya makin memperlihatkan betapa kuatnya penetrasi Malaysia, negara berpenduduk 25 juta, ke pasar Indonesia yang penduduk hampir 240 juta. Selain penerbangan, sebenarnya sudah banyak produk barang dan jasa Malaysia di Indonesia. Mari kita lihat satu per satu:

Transportasi udara
Selain Malaysia Airlines (yang sudah menutup jalurnya ke Bandung bulan lalu), ada Air Asia yang juga sudah masuk ke pasar Indonesia. Mereka sudah menggarap sejumlah kota, di antaranya Banda Aceh, Medan, dan Bandung.

Transportasi laut
Keberadaan perusahaan Malaysia di laut Indonesia diwakili misalnya oleh Rig Tenders yang sahamnya dimiliki Scomi Marines Bhd. Perusahaan ini bergerak di bidang layanan pengangkutan barang seperti batubara, minyak, dan gas. Selain itu, mereka juga menyediakan jasa pendukung di bidang itu.

Transportasi darat
Jika sebelumnya sedan Proton Saga membanjiri jalanan Indonesia dalam bentuk taksi, sejak tahun 2007 telah hadir PT Proton Edar Indonesia. Anak perusahaan Proton Holding Bhd ini mendatangkan mobil Proton secara utuh dari Malaysia.

Perbankan
Di sektor ini ada tiga bank yang sudah dibeli: Bank Lippo, Bank Niaga, dan Bank BII. Lippo dan Niaga akhirnya digabungkan menjadi CIMB-Niaga, karena terkena peraturan kepemilikan tunggal.

Hingga akhir 2010, seperti diungkap Bank Indonesia, CIMB-Niaga yang dimiliki BUMN Malaysia Khazanah menempati urutan kelima dari segi aset (Rp 142,9 triliun) dan pangsa pasar (4,75 persen). Sementara BII yang dimiliki Maybank Malaysia ada di urutan sembilan dengan aset Rp 72 triliun dan pangsa pasar 2,4 persen.

Perkebunan
Di sektor ini, yang besar serta mencolok adalah Sime Darby. Perusahaan ini merupakan penggabungan dari Guthrie (awalnya perusahaan milik Salim) dan Golden Hope, yang menguasai sekitar 400 ribu hektare lahan sawit di Indonesia. Sime Darby saat ini sedang terjerat kasus pembantaian terhadap orang utan saat pembukaan lahan. Kasusnya sedang diselidiki, tapi entah kapan selesai.

Telekomunikasi
Di sektor ini, BUMN terbesar Malaysia yaitu Khazanah memiliki XL Axiata, operator telepon seluler merek XL. Perusahaan ini terbesar kedua di Indonesia. Sedangkan perusahaan Malaysia lainnya di bidang telekomunikasi adalah Axis yang dimiliki oleh Maxis Communication.
Minyak dan gas

Di sektor ini ada PT Petronas Niaga Indonesia, anak perusahaan Petronas Group. Bergerak di sektor hilir minyak dan gas bumi, Petronas Niaga merupakan satu dari tiga perusahaan yang mendampingi Pertamina sebagai penyalur bahan bakar minyak bersubsisi. Tahun depan, perusahaan ini dapat jatah menyalurkan 20.440 kiloliter bahan bakar bersubsidi. Sementara induknya, Petronas, tetap bermain di Indonesia untuk sektor hulu, yaitu eksploitasi dan eksplorasi.

Belum lagi bicara soal sepak bola. Setelah kalah saat final Piala AFF tahun lalu, tahun ini Indonesia ditekuk Malaysia pada final SEA Games ke-26. Ya, Malaysia makin mengepung Indonesia.

Tetapi tampaknya Indonesia dengan senang hati merelakan diri untuk menjadi halaman belakang negeri jiran itu. Ada apa?





dari berbagai sumber..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar